I Love You Mr. P

Hhaahh.. akhirnya aku bisa kembali menikmati suasana negeri yang indah ini dan kota yang padat tapi begitu membuat orang lain begitu selalu ingin datang kembali kesini, sepertinya sudah terlalu lama aku berada di negeri kangguru. Sesampainya di rumah aku langsung merebahkan tubuhku di kasur bersama beberapa boneka kesayanganku yang memang sengaja aku tinggal dan tidak aku bawa ke Aussy.

Sepertinya bosan kalau di Jakarta aku menghabiskan waktu di rumah saja, tapi kondisi tubuhku yang masih terlalu lelah untuk banyak beraktifitas menghambat keinginanku untuk bepergian. Akhirnya aku putuskan untuk sekedar berjalan-jalan disekitar kompleks perumahanku saja, aku baca dari internet di Indonesia olahraga bersepeda sedang digandrungi, jadi akupun berkeliling dengan menggunakan sepedaku. Pagi itu matahari seperti enggan untuk menampakan dirinya dan lebih memilih untuk bersembunyi dibalik awan yang berwarna keabu-abuan, membuat cuaca pagi ini pas untuk dinikmati sambil menggowes sepedaku yang didominasi oleh warna cerah. Ditengah-tengah jalan saat aku sedang menikmati pagi hari ini tiba-tiba saja turun hujan yang cukup deras, sial sekali posisiku masih cukup jauh dari rumah dan jika aku paksakan menerobos hujan ini bisa-bisa aku sakit karena memang tubuhku tidak cukup kuat untuk bermain hujan akupun berteduh di salah satu warung bakmie ayam yang ada didekat situ, ya memang seingatku warung mie ayam ini buka dari pagi hingga malam hari dan yang punya adalah teman mamaku.

Agak lama aku menunggu hujan reda sambil iseng menunggu akupun memesan mie ayam itung-itung sekalian sarapan. Waktu aku sedang asik makan mie ayam, tiba-tiba ada yang menyodorkan aku bungkus rokok dengan beberapa batang rokok yang keluar dan siap diambil dr depanku, merasa tersinggung akupun menoleh ke arah orang itu dan ternyata itu adalah Putra, seorang cowok yang memang mempunyai hobi mengganggu dan sangat menyebalkan, lebih parahnya lagi aku harus mengakui kalo dia itu adalah seorang mantan kekasihku.

“Apaan sih nyodor-nyodorin rokok, hidup sehat kali men!” Ujarku sambil menepis tangan Putra dari hadapanku.

“Oh sekarang udah berani ngomong hidup sehat lo Mrs. V??” Ledek Putra.

“Hah? Maksud lo apa Mr. P?! Gue emang selalu hidup sehat kali, lo aja yang gak pernah tau.” Aku melakukan pembelaan.

“Halah, gue tau siapa lo kali Van!”

Ya aku akui memang Putra adalah orang yang tau segala tentang aku, hampir semua yang tidak orang lain ketahui, dia tau. Mungkin karena memang sejak kecil aku sudah kenal dengannya, dia adalah teman mainku saat kecil, dan ketika kita sama-sama beranjak besar kami saling mencinta hingga akhirnya jadian selama 3 tahun. Selama jadian kita berdua memiliki panggilan sayang yang sempat membuat heboh dunia persilatan, aku selalu memanggil Putra Mr. P dan Putra sering memanggilku dengna panggilan Mrs. V karena namaku Vania, dua panggilan itu sering digunakan sebagai kata penyamar untuk menyebut kelamin wanita dan pria dalam cerita-cerita porno atau konsultasi masalah seksual ke dokter seks, tapi keanehan dan keunikan itu yang bikin kita berdua semakin dekat dan semakin bisa membuat suasana hubungan kita berdua menjadi lebih indah, aku anggap Putra adalah satu-satunya cowok yang bisa bikin aku jadi diriku sendiri, dan menurut Putra aku adalah cewek yang bisa membawa jati dirinya pulang setelah sekian lama dia harus berbohong pada dirinya sendiri.

Setelah lama gak bertemu kita berdua ngobrol banyak disana sambil menunggu hujan berhenti, cukup lama sekitar 2 jam kita berdua menunggu hujan di warung mie ayam tersebut. Setelah hujan berhenti Putra langsung menawarkan diri untuk mengantarkan aku pulang ke rumah, entah apa yang sedang merasuki pikiranku atau aku kembali merasa nyaman berada didekat Putra akupun mengiyakan tawarannya, ya sebenarnya aku memang masih sangat menyayangi Putra, mungkin aku sudah jatuh cinta dengannya, tapi karena keadaan aku rasa aku tak akan bisa dan aku pikir tak akan pernah pantas lagi untuknya. Gak lama kita berdua berjalan dari warung mie ayam tersebut kita berdua sudah sampai di depan pintu gerbang rumahku, tadinya aku pikir Putra hanya akan mengantar aku sampai disini saja, tapi tiba-tiba ibuku keluar dan mengajak Putra untuk mampir. Tawaran itu sulit ditolak mengingat Putra adalah satu-satunya cowok dari sekian pacar-pacarku dahulu yang direstui oleh kedua orang tuaku bahkan seluruh keluargaku, mungkin feeling orang tua memang sangat sakti sehingga bisa tau mana yang baik untukku dan mana yang tidaka baik untukku.

Sekitar setengah jam Putra, aku dan ibuku ngobrol di ruang tengah, setelah itu kami kembali ditinggal untuk berdua. Gak tau apa yang akan aku jadikan topik untuk membuka suasana ngobrol, sontak aku kaget ketika Putra dengan lembut memegang tanganku, dan seperti biasa dengan gaya khasnya yang sok serius dia menanyakan sesuatu yang sesungguhnya tidak pernah ingin aku jawab.

“Van, sampe sekarang aku gak ngerti kenapa kamu putusin aku. Maaf kalo aku tanya kayak gini, tapi selama ini pertanyaan itu selalu setia banget nongol didalem benak aku. Kalo emang kamu gak mau jawab gak apa-apa kok Van, tapi aku sih ngarep banget bisa kejawab biar aku kalo mati nanti gak usah repot-repot lagi nagih ke kamu tentang pertanyaan ini.”

Aahh kali ini aku bener-bener gak tau harus jujur sama dia atau tetep ngerahasiain ini dari dia, tapi kalo memang aku mengaku sayang dengannya aku pikir gak seharusnya aku menyembunyikan hal ini dari dia, Putra harus tau sekalipun setelah itu dia tidak akan lagi pernah mau menemuiku tapi setidaknya aku sudah mencoba untuk jujur.

“Kamu yakin mau tau Put?” Tanyaku mencoba memastikan.

“Ya kalo aku ga mau tau sih gak bakalan juga aku nanya sama kamu, dasar Mrs. V pintu koboy.” Jawab Putra.

“Ih hahaha, kok songong sih Mr. P extention haha. Iya oke deh aku bakalan jawab pertanyaan kamu itu, jadi alasan aku mutusin kamu waktu itu krn aku mau pergi ke Aussy, aku gak mau kamu kangen dan malah jadi nyakitin satu sama lain.” Kataku menjelaskan.

Tapi dengan nada melas Putra langsung cepat menjawab “Hhhh.. yaudah kalo emang masih mau nambah dosa dengan berbohong kayak gitu sih, kalo aku jadi kamu sih ogah deh hahaha.”

Loh, darimana dia tau kalo aku bohong, sepertinya dia emang orang yang tau segalanya tentang aku. “Iiihh hahaha, iya iya aku jujur tapi kamu janji jangan marah sama aku ya.”

“Iyaa, bawel deh mau ngejawab aja banyak embel-embelnya.” Ujar Putra sedikit bete.

“Aku ngerasa aku gak pantes buat kamu, aku udah bukan aku yang dulu lagi, aku ini lemah Put, aku ini gak kayak Vania yang kamu kenal lagi yang ceria, murah senyum, dan apapun yang kamu tau tentang aku.”

“Apa sih? Kamu ngomong gitu maksudnya apaan coba?”

“Aku ke Aussy bukan buat jalan-jalan atau berlibur, aku ke Aussy buat pengobatan penyakit aku dan daripada harus bolak balik jadi terpaksa aku sekolah disana juga.”

“Emang kamu sakit apa?”

“Aku kena kanker paru-paru, mungkin ini karena aku sering ya yang kamu tau gimana aku, ngerokok, shisha, dan semua kegiatan negatif aku. Ini emang kesalahan aku karena aku yang udah bikin diri aku sengsara.”

“Terus apa harus di Aussy pengobatannya? Dan kenapa kamu ga jujur sama aku?”

“Disini belom ada pengobatan yang bagus buat penanganan kanker paru-paru, jadi aku ke Aussy deh, itupun karena dapet recommend dari dokter disini juga. Dan aku minta maaf sama kamu, aku gak mau ngebebanin kamu karena malu punya pacar penyakitan, dan kamu bakalan repot ngurusin aku, ngejaga aku kalo aku penyakitan, aku gak mau Put jadi nambah beban kamu. Itu semua jujur karena aku sayang banget sama kamu, aku gak bisa ngebiarin diri aku ngebuat kamu harus nanggung beban aku juga.”

“Van, bisa gak sih kita gak mikirin membebani dan terbebani, aku sayang sama kamu berarti aku siap dengan apapun resiko yang bakalan aku tanggung sama kamu. Sekalipun kamu sakit aku bakalan tetep jaga kamu, aku bakalan tetep sayang sama kamu, dan kalo emang kamu harus berobat ke luar negeri gitu, aku dengan rasa sayang aku yakin akan bisa terus nunggu kamu sampe kamu balik kesini dan sehat. Itupun yang aku lakuin sampe sekarang Van, aku masih terus nunggu kamu, aku masih sayang banget sama kamu, aku gak pernah bisa buat ngilangin kamu dan ngejalanin hubungan baru sama orang lain.”

“Jadi selama ini kamu?”

“Iya, aku tetep setia nunggu kamu sekalipun kalo kamu di Aussy punya tujuan buat nikah, seenggaknya dengan nunggu kamu dan ketemu kamu serta bisa memperjelas semuanya aku punya alasan yang tepat buat ngejalanin hal baru sama orang yang baru juga. Gak kayak kemaren, aku masih gak tau apa alasan tepat kamu mutusin aku.”

“2,5 tahun kamu nunggu aku tanpa ngejalanin sama cewek lain Put? Cuman karena kamu mau tunggu penjelasan dari aku? Tapi apa kamu gak malu punya pacar penyakitan kayak aku? Kamu bakalan repot kalo ngajak aku jalan-jalan karena aku gak sekuat cewek lain.”

“Penyakit kamu itu kanker paru-paru kan? Bukan syndrome telanjang didepan umum? Kenapa aku harus malu?”

Aku gak tau lagi harus menjawab apa kata-kata Putra, aku hanya bisa meneteskan air mata haru dan tersenyum, aku merasa bersalah dengannya karena sudah membuat dia menunggu suatu hal yang sebenarnya tidak pasti. Saat itu juga aku memeluk Putra dan memintanya kembali mau menjalani semuanya bersamaku seperti dahulu. Dan Putra tidak akan mensia-siakan penantiannya selama ini, dia sudah memaafkan aku sejak lama bahkan saat aku pegi meninggalkan dia, yang dia tau hanyalah rasa sayang dia kepadaku yang begitu besar sehingga dia akan melakukan apapun agar rasa sayang itu tidak hilang.

Dan semua itu terus bertahan hingga kami berdua berencana menikah, tapi sepertinya tuhan memang tidak menghendaki aku dan Putra bersatu, sebulan sebelum pernikahan kami berlangsung Putra pergi meninggalkan aku tapi dengan alasan yang sangat jelas, dia pergi menghadap tuhan karena tuhan lebih menyayangi dia daripada aku menyayangi Putra. Dan Putra meninggal karena kanker otak.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Story Ground © 2011 Design by Best Blogger Templates | Sponsored by HD Wallpapers