Tanpa Ayah Aku Tidak Payah

Setiap manusia yang ada didunia ini pasti bermula dari rahim seorang ibu, oh tidak jika aku urutkan lagi kebelakang bermula dari pecahnya sel telur ibu karena di seruduk oleh sel sperma ayah, ah jika aku urutkan kebelakang lagi mungkin ceritaku kali ini akan menjadi sebuah cerita stensilan. Setelah terlahir dari rahim ibu atau jika secara caesar maka keluar langsung via perut maka akan ada seorang ayah yang pertama tersenyum dan ibu yang berusaha terus menahan rasa sakit, lelah, dan lemas tapi tetap berusaha tersenyum walau hanya 1 cm saja dia mampu, ya itulah perjuangan seorang ibu ketika melahirkan kita.


Aku pikir cerita itu adalah sebuah cerita yang berada pada keluarga lengkap dan bahagia, sedangkan ceritaku? Jauh bertolak belakang dari semua itu, ketika aku lahir aku tidak tau siapa yang ada disamping ibuku saat dia berjuang antara hidup dan mati guna mengeluarkan aku dari dunia ini, akupun tidak pernah tau siapa yang mengumandangkan adzan ditelingaku agar aku menjadi anak yang berbakti kepada orang tua dan taat dengan agama. Ya mungkin kalian bertanya kemana ayahku? Jangan kau tanyakan aku! Aku saja tidak ingat kapan aku pertama kalinya bisa melihat dunia ini, dan yang jelas saat aku bisa melihat dunia yang katanya jahat ini aku tidak pernah melihat sosok ayah dihadapanku, yang aku lihat adalah Ibuku yang senantiasa aku cintai, nenekku yang dengan sabar membantu ibuku merawatku, dan Kakekku yang sampai sekarang selalu aku anggap sebagai sosok seorang ayah. Aku ingin marah karena sikap ayahku, aku ingin kesal dan sempat ingin membencinya bahkan tak menganggap dia lagi sebagai ayahku, karena dia dengan ego yang tinggi meninggalkan ibuku dan aku untuk meraih kebahagiaan bersama orang lain, itu amat sangat egois menurutku, tapi kakekku mengingatkan aku kalau semua itu akan membuat aku menjadi sulit untuk berkembang karena hidup didalam kebencian dan dendam, aku harus bisa menerima semua jalan yang sudah dibuatkan oleh Allah.

Ibuku yang aku panggil mama adalah seorang orang tua yang amat sangat hebat, dia bisa menjadi tegas layaknya seorang ayah dan dia juga tak pernah meninggalkan jati dirinya sebagai seorang ibu yang penuh kasih sayang ketika berada didekatku, aku tak pernah bisa menggantikan hal itu semua karena itu terlalu mahal jika diuangkan, terlalu banyak jika dibendakan, dan terlalu banjir jika aku terus menangisinya. Kakek yang selalu menjaga aku, melindungi dan memanjakan aku layaknya seorang ayah sukses membuat aku sempat lupa dengan siapakah sebenarnya ayah kandungku, tapi mama pernah berjanji kelak nanti kau akan mengetahuinya.

Sampai pada akhirnya saat aku SMA aku diizinkan bertemu dengan ayahku, entah ini harus aku utarakan seperti apa berada disamping orang yang sangat asing untukku tapi aku merasa nyaman, sangat nyaman malah. Ingin sekali aku mengajaknya pulang berkumpul di rumah tapi sepertinya itu hanya harapan kosong yang sulit atau gak akan pernah terwujud. Mulai dari saat itu aku sering meminta ayahku untuk bertemu tapi sayang, dia sepertinya seorang businessman yang super sibuk, seringkali ketika sudah fix deal akan bertemu dia tiba-tiba mengcancel pertemuan itu karena ada meeting, aku hanya bisa tersenyum menahan tangis karena harus menahan rinduku terhadapnya.

Itu membuat aku terus menerus menanggap kakekku adalah sesosok ayah dalam bentuk yang lain, tapi sepertinya perasaan melupakan siapakah sosok ayahku sebenarnya memang tak akan pernah bisa berlangsung abadi, ketika aku beranjak dewasa tepatnya saat aku SMA kakek yang memang sudah tua harus beranjak dari dunia ini, dia harus menghadap Tuhan Yang Maha Kuasa. Kepergian kakekku cukup bahkan lebih dari cukup untuk membuatku merasa kehilangan, karena beliau pergi disaat aku SMA dimana saat itu jiwaku sedang labil dan butuh bantuan dari sosok tegas seperti beliau untuk menuntunku membentuk jati diri, tapi mama dengan cepat mengambil alih peran itu, dia membentuk aku menjadi seorang perempuan yang berhati dan berjiwa kuat seperti laki-laki walau aku tak pernah bisa menolak hasrat atau naluriku sebagai perempuan dimana aku tetap bisa saja menangis, dan bisa saja menjadi lemah dan butuh seseorang untuk membopoh aku. Mungkin saja banyak yang berpikir aku hanyalah seorang wanita payah karena aku tidak pernah mendapat didikan langsung dari seorang ayah, tapi aku rasa semua itu tidak benar. Justru aku merasa lebih hebat dan lebih hebat dari wanita-wanita lain yang memiliki orang tua lengkap termasuk ayah, aku terbiasa hidup tanpa belaian kasih sayang seorang ayah, aku terbiasa dengan beberapa kesulitan dan perasaan kesepian yang sudah bukan lagi menjadi hal awam bagiku karena aku benar-benar kekurangan satu sosok yang seharusnya menjadi sosok sentral untukku. Bukti kalau aku tidak payah seperti yang orang lain pikir, aku terbiasa menghadapi masalahku sendiri tapi kalau aku sudah merasa tidak mampu menampungnya sendiri pasti aku akan membutuhkan wadah lain yang bersedia membantu aku menampungnya, tapi itu bukan alasan kalau aku ini payah! Aku pikir semua orangpun pasti seperti itu, manusia itu kan makhluk sosial jadi pasti butuh bantuan dari orang lain dan saling merepotkan itu sudah menjadi jalan sebagai seorang manusia. Disaat wanita lain menangis jika menghadapi masalah dan lebih memilih untuk pergi, aku tidak seperti itu, aku lebih suka menantangnya masalah itu dengan keyakinanku, sabar sudah menjadi hobby yang amat sangat gemar aku jalankan.

Selepas kepergian kakek gak ada lagi sosok ayah untukku, hanya ada sosok mama dan nenek yang tetap setia menemani dan mendidik aku, dididik oleh 2 orang wanita bukan menjadikan aku lemah tapi mereka yang semakin menguatkan aku, dan mereka yang menginspirasikan aku kalau wanita harus menjadi kuat dan gak lemah seperti yang orang-orang pikirkan. Tapi semakin lama tanpa adanya kakek disisiku aku merasa siapa lagi sosok laki-laki yang bisa aku andalkan untuk mengisi kekosongan sosok ayah yang selama ini aku rasakan, hal ini membuat aku selalu mengingat dan merasa iri ketika ada teman-teman yang bercerita tentang ayahnya, akupun mulai merasa kesepian dan rasa ingin bertemu dengan seorang ayah itu tak bisa aku hindarkan lagi. Tapi aneh ketika aku bertemu dengan seseorang aku merasa melihat sosok yang bisa menghilangkan rasa kesepian dan rindu akan ayahku, dia berhasil menggantikan profile kakekku yang tadinya aku anggap sudah seperti ayahku sendiri, dia adalah satu-satunya laki-laki yang bisa membuatku merasa seperti ini, dia bisa menjadi tegas seperti layaknya seorang ayah, bisa menjadi manja seperti seorang adik, bisa menjadi perhatian dan penuh kasih sayang seperti layaknya bagaimana seorang kekasih. Sepertinya aku sudah terjebak oleh cinta, aku sudah dibutakan sebuta-butanya oleh cinta, aku seakan tak pernah bisa lepas lagi dari sosok dia yang bisa mengisi kekosongan itu. Tapi lagi-lagi sepertinya Allah sedang tidak ingin melihat aku bahagia, dia merasa aku terlalu lemah dengan hadirnya dia, aku seakan kehilangan jati diriku yang sudah susah payah dibentuk ketika aku mencintainya, Allah pun memisahkan aku dengannya. Tapi aku memang sudah benar-benar dibutakan, aku benar-benar dibuat mati rasa olehnya, aku hanya ingin mencintai dia, aku hanya ingin dia yang ada disampingku sampai kapanpun.

Ketika dia sudah pergi akupun sangat merindukannya dan amat sangat ingin dia kembali menjadi milikku, aku coba segala cara untuk mewujudkan itu semua dan ternyata Allah memberi kesempatan itu lagi. Aku kembali disandingkan dengannya, bahagia? Ya tentu saja bahagia ini tidak bisa aku tutupi lagi, bahkan aku tidak tau bagaimana caranya mengungkapkan kebahagiaan ini. Namun kalian pasti tau, kebahagiaan kadang membuat manusia menjadi lupa akan tanahnya yang dipijak, lupa akan langit yang dijunjungnya, aku terlalu terbuai dan lupa dengan semuanya, lagi-lagi aku menjadi orang yang lemah ketika bersamanya, Allah amat sangat tidak menyukai itu sehingga kembali Allah mengambil kebahagiaan yang membuat aku melupakan siapa aku. Bahkan cara-NYA mengambil itu semua amat sangat tidak wajar menurutku, tapi dibalik itu semua pasti ada pelajaran dan hikmah yang bisa diambil dan tentu saja aku terus berpikir rahasia apa yang disembunyikan-NYA dari semua hal ini.


Allah ingin aku ingat siapa aku, bagaimana aku, dan seperti apa jati diriku. Aku yang kuat dan tak ingin jadi orang yang kalah berubah 180 derajat ketika aku bersama dengan pria itu, aku jadi lemah, aku jadi selalu ingin mengalah, dan ini bukan aku! Allah pasti tau itu, karenanya DIA mengambil apa yang bukan seharusnya menjadi milikku.

Aku memang terlalu suka bertindak tanpa dipikir berulang-ulang karena menurutku itu buang-buang waktu, aku tau ini bodoh tapi aku benar-benar berpikir kalau aku tidak ingin menjadi orang yang kalah, dan menjadi kuat aku tidak boleh menjadi orang yang baik. Pikiran setan itupun yang sempat menyesatkan aku, karena pernah merasa tersakiti dan kini aku melupakan apa yang pernah dikatakan oleh almarhum kakekku kalau jadi orang yang pembenci dan pendendam tidak akan mejadi orang yang berkembang, akupun jadi sering berlaku jahat kepada laki-laki yang mendekati aku dan mengaku menyayangi aku, akupun berulang kali gonta-ganti pasangan karena memang aku yang memutuskan mereka hanya untuk membuktikan kalau aku sebagai wanita tidak seperti wanita lain yang bisa dimanjakan lalu dibuang, justru akulah yang akan memperlakukan kalian para pria seperti itu, aku bukan wanita lain yang kalian pikir bisa dimainkan perasaannya. Aku akui kalau semua itu karena pengalamanku, aku akui juga kalau aku bisa disebut sebagai salah satu dari barisan sakit hati (BSH) tapi itu semua memang semata-mata hanya untuk membuktikan ke pria kalau wanita tidak selamanya bisa diperlakukan seperti itu, apalagi aku! Aku tidak bisa dan tidak akan pernah bisa lagi diperlakukan seperti itu. Mungkin aku memang sama seperti wanita lain yang lemah dan rapuh ketika kehilangan orang yang dicintainya apalagi dengan cara yang benar-benar menyakitkan, tapi aku tak terbiasa berlarut-larut didalam kepedihan itu, aku keluar dan menjadi aku yang lebih kuat.

Hampir beberapa tahun aku berlaku jahat seperti itu aku merasa benar-benar menjadi orang yang kuat dan tidak menjadi orang yang kalah malah aku merasa menang, tapi aku menang dengan cara rimba, bukan dengan cara orang yang cerdas, aku merasa dibodohi oleh diriku sendiri, aku merasa membohongi jati diriku sendiri aku tidak ingin menjadi seperti ini terus.

Nuranipun bergejolak ingin melawan semua yang telah terjadi, akupun mulai berpikir jernih dan menghentikan semuanya, aku lebih memilih menyendiri dan lebih banyak meniti kehidupan bersama semua orang yang aku sayangi dan aku anggap sebagai seorang teman, oh bukan aku bisa sebut mereka sahabat, ya sahabat yang aku ingin menjadi sejati selamanya. Mereka yang bisa membuat aku sadar, membuat aku semakin kuat, merekalah sosok ayah dalam bentuk yang lebih kompleks, sosok adik dalam bentuk yang lebih lucu, sosok kakak dalam bentuk yang lebih bawel dan menyebalkan, sosok ibu kala aku tak bersama mamaku dan butuh kehangatan saat itu juga. Waktu aku salah mereka ingatkan dan jika aku ngotot mereka biarkan aku sampai aku sadar hingga akhirnya terjatuh merekapun tak langsung menangkap aku, mereka biarkan aku terluka dan belajar menyadari kesalahanku, bila aku sudah sadar dan belajar mereka bangkitkan aku serta mengobati lukaku. Ketika aku benar dan bahagia mereka tidak ingin ikut berada diatas, justru mereka tetap berada dibawah menungguku mengajak dan siap menarikku lagi kebawah bila aku mulai terbuai dengan kebahagiaanku.

Tapi terus bersama sahabat rasanya semua orang tau, kalau pasti aku merasa ada yang kurang, ya tetap aku merasa kurang seroang ayah itu pasti, dan yang jelas aku juga merasa kekurang sosok kekasih yang bisa memberi aku kasih sayang dalam bentuk yang berbeda dari yang lain. Terpikir untuk mencari, ah tidak aku tidak mau mencari karena aku rasa Allah tau yang aku butuhkan, DIA pasti akan memberikannya, namun ada miss dari hal itu yakni Allah tak akan merubah nasib kaumnya apabila kaum tersebut tidak berusaha mengubahnya, jadi selain menunggu akupun mencari serta aku tidak pernah lupa berdoa agar diberikan yang terbaik.

Hingga akhirnya aku bertemu dengannya sesosok lelaki yang tidak tahu darimana datangnya. Oh, aku rasa Allah memang mempersiapkan dia untukku. Dia datang di saat yang bisa dibilang sangat tepat walau pada awalnya memang ada beberapa konflik yang harus aku hadapi. Sebenarnya sudah kurang lebih setahun aku mengenal lelaki ini tetapi karena sifat burukku di masa lalu membuat aku tak melihat bahwa Allah telah mengirimkan seseorang untukku.

Berawal dari semester awal ketika aku memasuki universitas. Sebagai anak muda aku tak jarang mengotak-atik jejaring social seperti Facebook, Twitter, YM!, MSN, atau bahkan Formspring. Ketika suatu malam aku iseng mencari nama seorang seniorku di Facebook, namun sial aku tidak tahu nama lengkap seniorku sehingga agak sulit untuk mencarinya di jutaan nama pengguna Facebook. Diantara jutaan nama yang keluar aku melihat nama sebuah nama dengan profile picture yang menurutku cukup menarik. Aku fikir daripada usahaku mencari seniorku itu sia-sia aku berinisiatif untuk mengarahkan mouse komputerku ke arah ‘add as friend’ di profilenya. Dan…voila! Dia menerima aku sebagai temannya di Facebook. Ternyata dia juga kuliah di universitas yang sama denganku dan hanya berbeda satu tingkatan diatasku. Ada secercah harapan untuk iseng-iseng berhadiah untuk dekat dengan senior namun semua angan-angan pupus ketika melihat status relationshipnya dengan seorang wanita. Fine, aku bukan wanita murahan yang suka merebut lelaki orang. Maka aku skip namanya dan fix aku masukkan ke list teman. Beberapa kami saling berbalas wall namun aku benar-benar tidak tertarik karena sekali lagi aku tekankan, aku-bukan-wanita-murahan yang suka merebut lelaki orang.

Singkat cerita setahun berlalu dan aku pun sempat beberapa kali menjalin cerita dengan beberapa lelaki. Namun belum ada sesosok lelaki yang benar-benar memikat hatiku. Tapi entah bagaimana awalnya tiba-tiba aku menjadi sering berkomunikasi dengan dia kembali, senior yang sempat berbalas wall denganku itu. Aku akui kami cukup dekat tapi kedekatan kami hanya aku respon sebagai seorang teman. Dia seringkali menyapaku di YM! dan bercerita tentang kekasih..ehm mungkin lebih pantas dibilang mantan kekasih karena sebenarnya hubungan mereka memang tak bisa lg diselamatkan (menurut dia). Intinya kami cukup dekat dan kedekatan kami terjadi setelah hubungan dengan mantan kekasihnya memang sudah berakhir dan aku tidak sama sekali ambil pusing untuk menyampuri urusan mereka berdua. Dan sampai akhirnya dimana dia dengan secara tiba-tiba memberanikan dirinya untuk mengutarakan perasaannya kepadaku. Aku kaget setengah mati karena selama ini tak ada sama sekali terbersit difikiranku untuk menjadi kekasihnya. Jujur aku ingin menolak tapi cara ia mengutarakan perasaannya berbeda dengan lelaki lain, malah lebih menjurus ke suatu tantangan “Boleh nggak gue coba jadi Mr.Right lo?”. ya, selama ini aku memang sedang mencari sosok itu, sosok yang tepat untukku. Dan kata-kata yang terlontar dari mulutnya seakan-akan memberikan suatu tantangan dan aku memang suka tantangan. Aku ingin lihat sejauh mana ia mampu mencoba menjadi sosok yang tepat untukku. Atau barangkali ia berfikir aku mudah jatuh cinta?

Sebulan berlalu dan statusku tak single lagi namun perasaanku seperti di awang-awang antara ya dan tidak. Namun dia telah membuktikan bahwa dia adalah benar, seseorang yang memang pantas untukku, seseorang yang tepat untukku. Hanya butuh dua bulan untuk membuat aku berani menaruh hati kepada seorang lelaki yang sebelumnya tidak pernah ada didaftar list calon-calonku. Dia berbeda. Talk less, do more. Dia benar benar membuat aku kembali tersenyum. Aku bahagia seperti dulu..tidak, lebih bahagia dari dahulu namun tetap pada jati diriku yang sebenarnya. Dia mencintaiku dengan caranya sendiri dan aku pun mencintainya dengan caraku sendiri.

Aku bersyukur, sangat sangat bersyukur karena semua doaku terkabul sudah. Allah itu memang Maha Adil. Terbukti paten. Walau terkadang banyak kerikil dalam kehidupan kita, namun jika kita mau bersabar dan tetap mencari hikmah dibalik semua masalah maka kita pasti akan menjadi seseorang yang lebih baik. Ingat, semua akan indah pada waktunya.

Semua hal yang aku lalui ini tidak mudah dan tidak indah, dari kecil aku harus hidup tanpa ayah, banyak yang mengira aku akan menjadi anak perempuan yang payah, tapi nyatanya aku bisa jadi perempuan yang tak kenal lelah untuk terus hadapi semua hal yang aku lalui, kehilangan sosok demi sosok yang aku anggap mampu mengisi kekosongan profile ayah, tapi justru itulah kesalahanku, aku jadi sulit karena selalu menganggap sosok lelaki yang aku cintai adalah pengganti sosok ayah bagiku, tapi tidak dengan dia laki-laki yang menawarkan diri menjadi Mr. Right untukku, dia tidak pernah mau berperan seperti ayah untukku, dia menjalani perannya sebagai laki-laki dihidupku entah itu adik, kakak, teman, pacar, ataupun musuh, hanya sosok ayah yang tidak pernah dia perankan karena menurutnya gak ada yang bisa menggantikan posisi atau sosok ayah dalam hidup ini.

Ayah adalah sosok yang tak akan terganti, tidak akan pernah ada istilah mantan ayah karena ayah bukanlah status. Atas semua yang aku lalui, aku suka merasa sedih ketika ada anak-anak sebayaku yang benci dengan ayahnya sampai memakinya di situs jejaring sosial dan lebih parahnya ada yang pernah aku lihat sampai ingin ayahnya mati daripada ada dihidup dia. Apa mereka gak pernah bersyukur atau setidaknya berpikir kalau mereka itu termasuk golongan anak yang beruntung memiliki keluarga yang lengkap, sedangkan aku? hanya ada ibu yang selalu setia menjadi dua sosok sekaligus dalam hidupku, betapa aku merindukan sosok ayah ada di rumahku berkumpul bersamanya di depan tv, bercanda atau sekedar sharing tentang kehidupanku. Tapi kenapa mereka yang memiliki itu semua malah ingin tidak memiliki ayah? Aku coba buktikan pada orang-orang walau aku hidup tanpa ayah bukan berarti aku ini payah, aku masih mampu ucapkan alhamdulillah sekalipun aku lelah, aku tak ingin menyerah meskipun sebenernya aku sudah gerah. Semoga tulisanku ini mampu membuka mata dan hati serta pikiran untuk orang-orang yang masih saja seenaknya mencaci orang tua mereka, karena memang sesungguhnya tidak memiliki salah satu dari mereka itu cukup menyiksa, dan berat.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Story Ground © 2011 Design by Best Blogger Templates | Sponsored by HD Wallpapers