Dia Untukku

Namaku Maya, seorang wanita muslim yang kalau kata beberapa orang teman aku adalah orang yang alim, aku pikir itu hanya karena keseharianku yang sedianya memakai kerudung atau jilbab dan selalu heboh kalau sudah mendengar adzan, terang saja aku heboh kalau mengenal adzan, aku selalu sibuk mencari tempat sholat jika aku mendengar suara adzan, baik dari masjid atau dari nada pengingat handphoneku padahal aku ini juga terkadang bisa menjadi orang yang agak pecicilan dan nakal. Ada satu cerita pengalaman dalam hidupku yang tak akan pernah aku lupakan karena itu semua adalah awal dari kebahagiaan yang kini aku dapatkan. Mendengar cerita teman – temanku tentang pacarnya masing – masing, tapi hal itu bagiku sudah seperti cemilan saja karena sudah terlampau sering aku menikmatinya. Beberapa teman kadang bertanya kepadaku kenapa aku belum juga punya pacar, akupun menjawab dengan sangat yakin kalau aku ini belum mau pacaran dulu sebelum kuliahku yang sudah masuk masa – masa kritis ini selesai, bisa dibilang itu adalah prinsipku sejak dulu. Walaupun aku akui ada beberapa cowok yang pernah mencoba untuk mendapatkan hatiku, sebenernya sih aku sudah merasakan butir – butir cinta itu melekat tapi apadaya prinsipku masih kuat kupegang jadi terpaksa aku menganggapnya hanya sebagai seorang teman.

Prinsip itu sudah ku pegang sejak SMP, dulu aku menolak cowok yang menyatakan cintanya kepadaku, sebenarnya sih karena aku memang gak suka sama dia jadi mulutku reflek mengatakan “aku punya prinsip gak mau pacaran sampe aku lulus kuliah nanti.” Tapi sepertinya itu terbawa sampai aku dewasa. Tapi sepertinya kita memang harus meyakini kalau manusia itu merupakan tempatnya salah dan lupa karena akupun akhirnya merusak prinsipku itu sebelum tali dari toga ku dipindahkan dari sebelah kiri ke sebelah kanan. Saat teman – temanku sibuk dengan pacarnya masing – masing sedangkan aku sibuk dengan skripsiku yang membuatku harus pergi ke daerah kumuh padat penduduk didaerah Ibu Kota, ya karena itu memang menjadi bahan dari tema skripsiku.

Hari itu aku memang merasa sedikit beda, biasanya aku yang tidak pernah lupa membawa kameraku saat akan bergegas tapi kali ini aku merasa menjadi orang yang sangat ceroboh, meskipun posisiku sekarang sudah cukup jauh dari rumah tapi kamera itu penting untuk pengerjaan skripsiku, akupun memutuskan untuk kembali ke rumah terlebih dahulu. Sesampainya di daerah kumuh tersebut, akupun mulai merekam sudut – sudut daerah tersebut dengan kameraku dan mencoba mencari moment yang bagus dan mewawancarai beberapa penduduk, tak lama kemudian aku sampai didepan sebuah sekolah darurat yang suasananya cukup ceria, aku penasaran bagaimana mereka bisa seceria itu belajar ditempat yang aku rasa tidak layak. Akupun mencoba masuk dan melihat keadaannya, disana aku melihat seorang cowok yang kalau aku kira – kira umurnya ya seumuran lah denganku, aku ingin sekali memotret moment ini tapi sebelumnya tentu aku harus izin kepada cowok yang sedang menceritakan sebuah cerita kepada anak – anak yang berada dibawah garis kemiskinan ini.

“Maaf, saya boleh mengambil gambar suasana kelas ini?” Kataku coba meminta izin.

“Oh boleh silahkan, perlu anak – anak bergaya atau ingin natural aja?” Jawabnya.

“Enggak usah gaya, natural aja lebih bagus kayaknya.” Ujarku.

Akhirnya cowok itupun meneruskan ceritanya, sedangkan aku tentu saja sibuk mengkeker dan mengambil foto suasana kegiatan belajar mengajar disekolah itu, tak beberapa lama kemudian aku mengatakan kalau aku sudah selesai mengambil gambar, dan aku ingin pamit. Tapi setelah aku keluar dari sekolah sepetak itu aku tidak langsung bergegas pulang aku masih harus keliling lagi untuk mengumpulkan beberapa data lagi, saat aku merasa data yang aku kumpulkan hari ini cukup aku pergi ketempat aku memarkir mobilku dan hendak pulang, tapi waktu aku akan membuka pintu mobilku seperti ada suara laki – laki yang memanggilku dari belakang dan benar saja feelingku kalau orang yang memanggilku itu adalah cowok yang tadi bertemu denganku di sekolah darurat. Kami berkenalan dan saat itu aku tau kalau namanya adalah Wildan, dia juga menanyakan tujuanku bertandang ke tempat seperti ini, tentu saja aku menjawabnya dengan jujur apa tujuanku, ternyata dia senang kalau ada orang lain yang mau datang ke tempat ini karena selama 2 minggu ini dia hanya sendiri mengajar anak – anak disekolah itu, lagi – lagi pikiranku tidak meleset, Wildan mengajakku untuk bergabung mengajar di sekolah itu. Akupun menerimanya dengan senang hati, tapi dia berkata kalau mungkin kita hanya butuh 2 minggu lagi mengajar disini karena setelah itu ada yayasan yang akan menyekolahkan mereka ditempat yang lebih layak, ya itu semua tentu saja berkat andil Wildan.

Wildan adalah seorang alumni dari Universitas Negeri terkemuka, umurnya hanya lebih tua 1 tahun dariku. Akhirnya 2 minggu aku harus membagi waktuku antara mengajar dan mengerjakan skripsiku tapi entah apa yang sedang menghinggapiku aku sangat senang melakukan semua hal itu, entah karena memang panggilan jiwa sebagai seorang guru atau karena Wildan yang memiliki paras cukup tampan dan memiliki kepribadian yang cukup unik. 2 minggu kemudian masa tugasku dan Wildan selesai dan anak – anak yang tadinya bersekolah disana dipindahkan sekolahnya ke sekolah pemerintah dan tentu saja ini membuat kami bangga dan lega karena sudah berhasil menyelamatkan anak bangsa melalui sektor pendidikan. Setelah itu aku dan Wildan jadi jarang bertemu, komunikasi kita hanya melalui SMS itupun jarang sekali karena aku juga kurang suka melakukan kegiatan ketik mengketik di handphone itu. Namun aku sempat tak sadar kalau aku mengiyakan ajakan Wildan untuk bertemu di suatu tempat yang kebetulan itu juga tempat favoriteku karena ada live music loungenya, tapi janji tetaplah janji, aku sudah mengiyakan dan akan aku tepati. Malam minggu itu akupun pergi sendiri ke tempat yang dijanjikan, dan disana ternyata Wildan sudah menungguku.

Aku agak gugup menghadapi malam itu, mungkin karena sudah agak lama tidak bertemu dengannya jadi aku agak kaku, Wildan memesankan makanan untukku dan akhirnya suasanapun bisa cair karena Wildan memang orang yang sangat ramah dan menyenangkan, malam itupun kami isi dengan gelak tawa dan cerita – cerita pengalaman masing – masing yang cukup menggelikan rasanya kalau diceritakan ke orang lain. Namun tiba – tiba suasana berubah menjadi agak tegang waktu Wildan berkata kalau dia menyukaiku bahkan sayang denganku serta memintaku mengizinkannya untuk menjadi pacarku. Aku tidak tau harus berkata apa, dan aku juga tidak mengerti setan apa yang sedang bermain didalam pikiranku, aku menerimanya sebagai pacarku, jreeett aku sudah keluar dari prinsipku, skripsiku belum selesai, aku belum di wisuda tapi aku sudah pacaran.

Namun aku tidak merasa menyesal atas keputusanku yang terlalu terburu – buru itu, Wildan benar – benar sosok seorang lelaki yang bertanggung jawab, dia menjagaku dengan sangat baik, bahkan menyentuhku saja dia tidak pernah. Bukan karena takut atau tidak romantis, tapi dia tau kalau kita berdua belum muhrim jadi tidak boleh saling bersentuhan satu sama lain. Tapi sayang hubungan kami tidak pernah diketahui oleh kedua orang tuaku, karena Wildan adalah seorang umat kristiani, hal ini tidak akan bisa ditolerir oleh kedua orang tuaku yang beragama sangat kolot. Lalu dengan orang tua Wildan? Aahh, tidak perlu ditanyakan kalau soal itu, Wildan itu yatim piatu, satu – satunya keluarga yang dia miliki adalah kakaknya yang berada di Aceh.

Semenjak aku pacaran dengannya skripsiku terasa mudah karena dibantu oleh kekasih tersayang, dia dengan setia membantuku dan sabar menghadapi sikap – sikapku yang terkadang aku sendiripun kesal. Sekitar 2 bulan kemudian skripsiku selesai dan aku di wisuda betapa senangnya hatiku memiliki seorang pacar seperti dia walaupun hubungan kita kata orang – orang itu backstreet. 3 tahun kami menjalin hubugan sepesial ini, Wildan kembali membuatku tercengang tak berdaya, dia menyatakan ingin bertemu dengan keluargaku dan ingin meminangku menjadi istrinya. Aku sungguh tidak tau apa yang harus aku lakukan karena aku yakin keluargaku tidak akan menyetujuinya, tapi rasa sayang dan cinta ini tidak mungkin harus dilepaskan begitu saja, akupun ingin menjadi seorang istri dari pria yang selama ini sudah menjadi figur seorang ayah untuk anak – anakku. Bayangkan saja bagaimana aku tidak cinta mati dengan laki – laki ini, ketika lelaki lain sibuk mengatur rencana untuk meniduri pacarnya sedangkan dia menyentuhkupun saja tidak pernah selama 3 tahun kami pacaran hanya karena dia memang tau bagaimana hukum dalam agama Islam yang aku anut. Tadinya aku berkata kalau keinginannya itu tidak akan mungkin terjadi karena keluargaku adalah penganut agama Islam yang sangat kolot, tapi pikiranku berubah ketika dia bercerita tentang kakaknya yang sekarang tinggal di Aceh, ya kakaknya itu sama seperti dia, jatuh cinta dengan seorang wanita muslim dan kakaknya masuk Islam agar dapat menikahi wanita yang dicintainya itu. Dulu kakaknya sempat mengajaknya untuk ikut menjadi muallaf tapi dia menolaknya karena memang dia belum siap waktu itu.

Keesokan harinya akupun mengajaknya datang ke rumahku dan mengenalkan dia kepada keluargaku, tadinya aku pikir dia bisa meyakinkan keluargaku yang kolot tapi ternyata tidak, keluargaku justru mengusirnya dan tentu saja menyuruhku untuk menjauhinya. Aku benar – benar tidak bisa menerima semua hal ini, aku tidak tau lagi bagaimana harus menjalani semuanya tanpa Wildan yang selama ini ada dalam keseharianku, dan sekarang aku harus benar – benar kehilangan dia, bahkan aku sampai tidak ada kontak lagi dengannya. 5 bulan aku berusaha keluar dari bayang – bayang Wildan, akhirnya aku mendapatkan lagi seorang pria yang sangat baik dan pria inipun menjadi kekasihku bahkan keluargaku sangat setuju dengan pria ini, Oji namanya. Tapi aku yakin Wildan adalah hidupku, Allah tak akan mengambil nyawaku sampai aku dapat melihat Wildan di saat sakaratul mautku, keyakinanku ternyata terjadi, baru saja 3 hari aku pacaran dengan Oji pada malam hari aku sedang terlelap tidur handphoneku berdering, aku terbangun dan melihat disitu tertera nomor yang tidak aku kenal. biasanya aku tidak akan menerima telfon dari nomor yang gak jelas, tapi secara tidak sengaja aku menekan tombol answer sehingga aku mau gak mau harus menerima telfon itu. Mataku langsung terasa segar waktu mendengar suara orang yang berada di seberang telfon itu, Wildan? Ya ini suara Wildan, gak tau apa yang harus aku lakukan tapi ini benar – benar Wildan. Sekarang dia berada di Aceh bersama kakaknya, dan dia mendapatkan pekerjaan yang lebih baik disana dibanding waktu dia masih ada di Jakarta.

Akhirnya Wildan kembali masuk ke dalam hidupku, aku terpaksa menjadi sering berbohong dengan pacarku tentang Wildan, waktuku selalu aku habiskan dengan ber-SMS ria dengan Wildan, kecuali diwaktu aku kerja tentunya. Bahkan saat aku tidak bisa memejamkan mataku dimalam hari Wildanlah orang yang setia menemaniku malah dia mau bernyanyi untukku agar aku bisa tertidur, walaupun aku akui suaranya gak akan pernah pantes untuk dijadikan sebagai pengantar tidur, burung hantupun aku rasa akan menjadi sipit ketika mendengar suaranya, ditambah lagi lagu yang selalu dinyanyikannya sebagai pengantar tidurku adalah lagu berjudul bobo yang dipopulerkan oleh band favoritenya Netral.

Tidurlah tidur sayang, tidurlah bobo
Pejamkan ayo pejam mata indahmu
Bintang bintang menari
Bulan bernyanyi
Malam dendangkan lagu antar lelapmu

*Jangan lupakan aku dalam mimpimu
Berbagi cantik ceria esok hari

Kuada disisimu, menjaga s'lalu
Penjaga yang setia, pada tuannya.


Seperti itu lah lirik yang selalu dia nyanyikan agar aku bisa tertidur, memang aneh tapi tetap saja itu bisa membuat aku tertidur pulas. Waktu sakit yang aku derita sejak kecil kambuh Wildan adalah salah satu dokter yang sangat hebat, dia memberiku semangat sehingga kondisiku tidak lagi drop.

Sampai dimana saat Oji sedang datang ke rumahku dan waktu aku sedang mengobrol dengannya tiba – tiba penyakitku kembali kambuh sehingga aku harus dilarikan ke rumah sakit, tepat saat itu juga Oji tau tentang penyakit yang aku idap, dia tidak bisa menerima semuanya dia pun pergi meninggalkan aku bahkan memutuskan hubungan kami dan pergi begitu saja membiarkan aku yang sedang terbaring lemah di rumah sakit, aku tidak merasa sedih ketika Oji pergi karena aku rasa dia memang bukan orang yang baik untukku. Akupun mengabarkan keadaanku kepada Wildan dan aku sungguh kaget dengan tanggapan yang diberikan oleh Wildan, dia bilang dia akan datang menemuiku, dan besok dia sudah sampai di jakarta, aku tidak mengerti apa yang ada didalam pikiran cowok ini kenapa dia begitu baik kepadaku bahkan saat keluargaku sudah mengusirnya.

Benar saja Wildan datang keesokan harinya ke rumah sakit, dan dia langsung bertemu dengan ayah serta ibuku, sempat terjadi kericuhan di rumah sakit itu karena ayah dan ibuku tidak ingin lagi melihat Wildan, satu – satunya alasan kedua orang tuaku melarang aku bertemu dan berhubungan dengan Wildan adalah kegiatan kristenisasi yang sekarang marak terjadi, ya menikahi wanita muslim merupakan salah satu strateginya, aku tau itu tapi aku yakin Wildan bukan orang yang seperti itu. Kericuhan itupun menjadi tenang ketika seorang Pria menenangkan suasana yang panas itu, Pria itu adalah Firza kakak Wildan yang telah menjadi seorang muallaf, kak Firza mencoba untuk berbicara kepada kedua orang tuaku kalau Wildan tidak seperti yang mereka pikirkan, Wildan kini sudah memeluk Islam semenjak dia di Aceh, bahkan Wildan kini adalah seorang motivator untuk para pemuda Islam yang terkenal, mendengar semua itu kedua orang tuaku tidak dapat berkata apa – apa lagi, alasan Wildan menjadi muallaf adalah karena dia yakin kalau Islam adalah agama yang benar dan cintanya kepadaku sangat besar dan dia benar – benar ingin menjadi imam untukku dan anak yang keluar dari rahimku.

Tidak ada lagi yang dapat aku jelaskan akhirnya semua ini berakhir dengan air mata bahagia, setelah aku sehat aku menikah dengan Wildan, dan kini aku sudah memiliki 2 orang anak kembar cowok dan cewek yang tampan dan cantik serta sholeh dan sholehah, kami memiliki sebuah keluarga yang sangat bahagia dan penuh cinta ditiap hembusan nafas kami.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Story Ground © 2011 Design by Best Blogger Templates | Sponsored by HD Wallpapers